Friday, December 13, 2013

A Monster Calls by Patrick Ness & Siobhan Dowd


Rating 5 of 5 stars

 “Believe is half of all healing..”

Rasanya ga ada enak-enaknya baca buku ini. Dari awal sampe akhir bawaannya sendu melulu. Pengen nangis juga. Inilah sebabnya maka saya paling bete baca buku yang sedih-sedih. Selesai baca buku seperti itu biasanya terbawa moody selama berhari-hari.

Waktu menandai buku ini menjadi wishlist tahun kemaren saya pikir ini cerita fantasy biasa dengan cover yang sangat indah. Salah saya juga sih, ga baca review-review dari goodreaders lain.

Tapi, apa saya nyesel udah baca buku ini?

Dengan lantang saya bakal bilang TIDAK!

Malah saya berniat untuk mengulang baca buku ini dalam waktu dekat. Hmm.. mungkin awal tahun depan deh, karena bulan ini saya bakal sibuk mengejar ketinggalan challenge saya.

Penasaran dengan ceritanya, berikut saya kasih intipan dikit :)

Hampir setiap malam Connor bermimpi buruk. Mimpi yang sama, yang dimulai saat pertama kali ibunya didiagnosa penyakit kanker. Mimpi yang membuat ia terbangun dengan nafas tersengal dan tubuh bersimbah keringat.

Hingga suatu malam ia mendengar suara yang memanggilnya. Ketika menengok keluar jendela, ia melihat sebatang pohon yew, yang biasa berdiri kokoh di halaman gereja di bukit, telah pindah ke halaman rumahnya. Pohon ini kemudian berubah wujud menjadi monster yang sangat besar.

Connor sedikit kecewa. Monster dihadapannya tidak semengerikan monster yang ada didalam mimpinya.

Si monster-pun keheranan. Ini pertamakali dalam sejarahnya yang sangat panjang, ada anak manusia yang tidak gemetar dihadapannya.

Si monster kemudian berkata bahwa ia datang karena dipanggil oleh Connor. Ia akan menceritakan 3 kisah kepada Connor, dan kemudian Connor harus menceritakan kisah keempat kepadanya. Kisah tentang kebenaran. Connor-pun bingung, ia tidak pernah merasa memanggil monster manapun.

Kisah-kisah yang diceritakan monster pohon yew terasa tidak masuk diakal bagi Connor. Bagaimana bisa seorang penyihir jahat diselamatkan dan pangeran pembunuh dielukan? Mengapa seorang alkemis yang tidak mau menolong dibenarkan sementara pendeta yang kehilangan putri-putrinya mendapat hukuman? Bagaimana mungkin orang-orang yang tidak terlihat malah lebih merasa kesepian saat menjadi pusat perhatian?

Dan saat cerita keempat harus disampaikan, kebenaran apakah yang akan diceritakan oleh Connor? 

“Stories were wild, wild animal and went off in directions you couldn’t expect.”

Buku ini lumayan tipis sehingga saya bisa membacanya dalam waktu singkat, dan juga karena saya ga bisa berhenti membacanya sih...

Sepanjang membaca buku ini saya terus terpikir, apa tujuan dari cerita ini? Apa yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya? Bahkan sampai Connor menceritakan kebenarannya kepada monster pohon yew saya masih belum bisa membaca arah cerita ini.

Tetapi banyak yang bisa saya rasakan. Saya bisa merasakan kepedihan Connor yang melihat ibunya perlahan-lahan seperti menghilang, kemarahannya karena harus tinggal dengan neneknya yang sangat rapi dan perfectionis sehingga tidak ada ruang untuk anak-anak di rumahnya. Juga kemarahannya kepada ayahnya yang telah memiliki keluarga baru sehingga jarang memiliki waktu untuknya. Keputusasaannya saat ia mengharapkan pertolongan dari monster pohon yew.

Dan ketika saya sampai ke titik yang ingin dijelaskan oleh penulis, saya mengerti. Saya mengerti bahwa itu semua adalah manusiawi...

Buku ini ditulis oleh Patrick Ness dengan bahasa yang indah dan ide cerita ini adalah milik Siobhan Dowd, penulis pemenang penghargaan yang telah meninggal.

Sebelum membaca buku ini saya belum pernah membaca satupun karya kedua penulis ini. tapi setelah buku ini, jelas buku-buku kedua penulis ini akan masuk kedalam daftar to-read saya.

"You do not write your life with words... You write it with action. What you think is not important. It is only important what you do."

2 comments:

  1. oh my, ini wishlist sepanjang masaku yang pernah masuk WW tapi belom kesampean huhuhu pengen bacaaaaa....suka sama patrick ness!!!

    ReplyDelete
  2. Aku jadi suka patrick ness karena baca buku ini :)
    buruan diwujudkan WW-nya mba Astrid, rugi ga baca buku ini. hehehehe..

    ReplyDelete